Cari Blog Ini

Rabu, 18 Mei 2011

Arti Dan Ruang Lingkup Akhlak serta Perbedaannya Dengan Moral dan Etika

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Menjadi rahmat bagi orang yang tidak mempercayai Islam sekalipun, bahkan orang-orang yang memusuhi Islam. Islam yang hadir pada saat manusia dalam kegelapan dan kebekuan moral, telah merubah dunia dengan wajah baru, terutama dalam hal “revolusi akhlak”.
Nabi Muhammad SAW di utus, tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia dari kebiadaban menuju umat yang berkedaban.

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang baik maupun buruk dalam hubungannya dengan Allah SWT dan sesama makhluk. Tak bisa dipungkiri betapa pentingnya kita sebagai seorang muslim mengenal akhlak dalam aplikasi kehidupan kita dalam hubungan dengan lingkungan, sesama manusia, bangsa dan negara, hingga hubungan kita dengan Allah SWT.

Persoalan yang kemudian muncul adalah bagaimana cara kita berakhlak dengan benar sehingga kita dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan kita secara benar pula. Sebagaimana kenyataan saat ini, bangsa kita yang tercinta ini tengah dilanda persoalan pelik yang sesungguhnya berakarkan terpuruknya akhlak manusia-manusia kita, serta hilangnya dasar-dasar penanaman moral dan etika.

Melalui makalah ini, diharapkan kita bisa memahami lebih dalam tentang akhlak, serta hubungannya dengan moral dan etika untuk kemudian bisa kita aplikasikan dalam kehidupan kita.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Apakah pengertian dan ruang lingkup akhlak?

2. Apakah pengertian dari etika dan moral?

3. Bagaimana hubungan akhlak dengan moral dan etika?

C. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu:

a. Menambah pengetahuan tentang akhlak dan ruang lingkupnya.

b. Menambah pengetahuan tentang etika dan moral.

c. Mampu membedakan antara akhlak dengan etika dan moral.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Ruang Lingkup Akhlak

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa komponen utama agama islam adalah akidah, syari'ah, dan akhlak. Penggolongan itu didasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad kepada Malaikat Jibril di depan para sahabat mengenai arti Islam, Iman, dan Ihsan yang ditanyakan Jibril kepada Beliau. Intinya hampir sama dengan isi yang dikandung oleh akidah, syari'ah, dan akhlak. Perkataan ihsan (tersebut di atas) berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti berbuat baik.

Di dalam Al-Qur'an terdapat ihsan yang artinya berbuat kebajikan atau kebaikan (antara lain pada surat an-Nahl (16) ayat 90) dan kebaikan (pada surat ar-Rahman (55) ayat 60). Baik kebajikan maupun kebaikan erat hubungannya dengan akhlak.

Kata "akhlak" berasal dari bahasa Arab "khuluq", jamaknya "khuluqun", menurut lughat diartikan sebagai budi pekerti, peragai, tingkah laku, atau tabiat. Kata "akhlak" meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang. Kata "akhlak" mengandung persesuaian dengan perkataan "khalqun" yang artinya kejadian serta erat hubungannya dengan Khaliq yang berarti Pencipta, dan makhluk yang berarti yang diciptakan.

Dari sinilah asal perumusan pengertian akhlak yang merupakan urgensi yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.

Perkataan ini dipetik dari kalimat yang tercamtum dalam Al-Qur'an:

Artinya:

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Q.S. Al-Qalam: 4).

Demikian juga hadis Nabi SAW,

»إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق »

Artinya:

"Aku diutus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia.". (H.R. Ahmad)

Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak, antara lain sebagai berikut:

Pertama, ilmu akhlak adalah ilmu yang yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji atau tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.

Kedua, ilmu akhlak adalah pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu yang mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.

Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.

Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan perbuatan jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.

Kata dalam bahasa Indonesia yang lebih mendekati maknanya dengan akhlak adalah budi pekerti. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif atau negatif, mungkin baik atau buruk.

Yang termasuk ke dalam pengertian akhlak atau budi pekerti positif adalah segala tingkah laku, tabiat, watak, dan perangai yang sifatnya benar. Yang termasuk ke dalam pengertian akhlak atau budi pekerti yang negatif adalah segala tingkah laku, tabiat, watak, dan perangai yang sifatnya salah/buruk. Yang menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk adalah nilai dan norma agama, dan sebagaimana dikatakan bahwa kebenaran datang dari Allah.

Suatu perbuatan dikatakan sebagai cerminan akhlak, jika memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Dilakukan berulang-ulang sehingga hampir menjadi suatu kebiasaan.

2. Timbul dengan sendirinya, tanpa pertimbangan yang lama dan dipikir- pikir terlebih dahulu.

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Akhlak dengan takwa merupakan buah pohon Islam yang berakar akidah, bercabang dan berdaun syari'ah. Pentingnya kedudukan akhlak , dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah. Diantaranya adalah:

»إنما بعثت لأتم صالح الاخلق»

"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya." (H.R. Tarmizi).

Dan akhlak Nabi Muhammad, yang diutus menyempurnakan akhlak manusia, disebut akhlak Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur'an yang menjadi sumber utama agama dan ajaran Islam.

Suri teladan yang diberikan Rasulullah selama hidup beliau merupakan contoh akhlak yang tercantum dalam Al-Qur'an. Butir-butir akhlak yang baik disebut dalam berbagai ayat yang tersebar di dalam Al-Qur'an dan dalam Al-Hadits yang memuat perkataan, tindakan, dan sikap diam Rasulullah selama kerasulan beliau 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Ketika 'Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, ia menjawab:

»إِنَّ خُلُقَهُ كَانَ اْلقُرْآنَ»

Artinya: "Akhlak Rasulullah ialah Al-Qur'an.

Umat Islam seharusnya bersyukur karena Allah telah mengutus insan kamil (manusia sempurna) ke dunia ini untuk diteladani. Sayang sekali, Rasulullah yang sesungguhnya wajib menjadi idola kaum muslimin dan muslimat, justru kurang dikenal oleh umat Islam sendiri karena tidak mempelajari sejarah hidup Rasulullah secara sistematis dan benar.

Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Karena itu, selain akidah, akhlak tidak dapat dipisahkan dengan syari'ah. Syari'ah mempunyai lima kategori penilaian tentang perbuatan dan tingkah laku manusia, yaitu wajib, sunnah, haram, makruh, serta mubah atau jaiz. Wajib dan haram, termasuk kategori hukum terutama, sedangkan sunnah, makruh, dan mubah termasuk dalam kategori kesusilaan atau akhlak. Sunnah dan makruh tergolong ke dalam kategori kesusilaan umum atau kesusilaan masyarakat sedangkan mubah atau jaiz termasuk dalam kategori akhlak pribadi.

Syariat atau hukum Islam mencakup segala aktifitas, maka ruang lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua aktifitas manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Dalam garis besarnya, akhlak dibagi atas akhlak terhadap Allah atau Khalik (pencipta), dan akhlak terhadap makhluk. Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan dikembangkan oleh Ilmu Tasawuf dan tarikat-tarikat, sedangkan akhlak terhadap makhluk dijelaskan oleh ilmu akhlak.

Adapun akhlak terhadap makhluk dibagi atas akhlak terhadap manusia, dan akhlak terhadap bukan manusia. Akhlak terhadap manusia dibagi atas akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap orang lain. Sedangkan akhlak terhadap bukan manusia dipecah menjadi akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, dan akhlak terhadap benda mati. Berikut adalah sistematika beserta beberapa contohnya:

1. Akhlak kepada Allah

  1. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
  2. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
  3. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong, suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
  4. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
  5. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

2. Akhlak kepada makhluk

a. Akhlak terhadap manusia

v Akhlak kepada diri sendiri

§ Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketikaditimpa musibah.

§ Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

§ Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain

v Akhlak kepada sesama manusia

§ Akhlak terpuji ( Mahmudah )

ü Husnuzan.

Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang. Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain: Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-Nya Adalah untuk kebaikan manusia. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk. Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.

ü Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Allah berfirman , Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya, dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. Al Isra/17:24) Ayat di atas menjelaskan perintah tawaduk kepada kedua orang tua.

ü Tasamu

Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia. Allah berfirman, ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6). Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang diyakini.

ü Ta’awun

Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia. Allah berfirman, ”...dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...”(Q.S. Al Maidah/5:2)

ü Dll

§ Akhlak tercela ( Mazmumah )

ü Hasad

Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung. Allah berfirman, ”Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain.(Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang merekausahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya...” (Q.S. AnNisa/4:32)

ü Dendam

Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan. Allah berfirman, ”Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik bagi orang yang sabar” (Q.S. An Nahl/16:126)

ü Gibah dan Fitnah

Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. Allah berfirman, ”...dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik...” (Q.S. Al Hujurat/49:12)

ü Namimah

Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya. Allah berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al Hujurat/49:6)

b. Akhlak terhadap bukan manusia

v Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, misalnya terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan.

v Akhlak terhadap benda mati, misalnya akhlak terhadap tanah, air, udara, dan sebagainya.

Ada begitu banyak manfaat mempunyai akhlak yang mulia. Akhlak yang mulia demikian ditekekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang, manfaatnya adalah untuk orang yang bersangkutan.

Al-Aqur’an banyak sekali memberi informasi tentang manfaat akhlak yang mulia itu. Allah berfirman :

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. An-Nahl, 16 : 97).

Ayat tersebut diatas dengan jelas menggambarkan keuntungan atau manfaat dari akhlak mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal shaleh. Mereka itu akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapat rezeki yang berlimpah ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda akhirat dengan masuknya ke dalam surga. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat dari akhlak mulia adalah keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat.

Selanjutnya banyak di jumpai keterangan tentang datangnya keberuntungan dari akhlak, diantaranya:

1. Memperkuat dan menyempurnakan agama.

2. Mempermudah perhitungan amal di akhirat.

3. Menghilangkan kesulitan.

4. Selamat hidup di dunia dan akhirat.

B. Etika dan Moral

1. Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ”ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Akal pikiranlah yang menentukan apakah perbuatan itu baik atau buruk.

2. Moral

Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin "mores" yang merupakan bentuk jamak dari perkataan "mos" yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut. Moral dalam istilah dipahami juga sebagai:

1. prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.

2. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.

3. Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.

Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika sama ada baik atau buruk dinamakan moral.

Moral terbagi menjadi dua yaitu :

a. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik

b. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.

Moral dan etika juga diartikan sebagai ajaran baik dan buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral dan etik diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral dan etika berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang salah. Dengan demikian moral dan etika merupakan kendali dalam bertingkah laku.

Standar moral dan etika ialah standar yang berkaitan dengan persoalan yang dianggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas kekuasaan, melebihi kepentingan sendiri, tidak memihak, dan pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah, malu, rasa menyesal, dan sebagainya.

Adapun apabila moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedang etika bersifat teoritis. Moral bersifat lokal, etika bersifat umum.

D. Perbedaan Akhlak dengan Moral dan Etika

Antara etika dan akhlak terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama membahs masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia. Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari:

Pertama, dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat. Jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu.

Kedua, standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal dimana hanya berlaku pada tempat tertentu dan sifatnya sementara, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi, dimana dapat diterima oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat. Konsekuensinya, akhlak bersifat mutlak, sedang moral dan etika bersifat relatif (nisbi).

Perbedaan pengertian ini hartus dipahami agar kita dapat membedakan sifat dan isi akhlak, moral dan etika, alaupun dalam masyarakat ketiga istilah ini disinonimkan dan dipakai silih berganti untuk menunjukkan sesuatu yang baik atau buruk, kendatipun istilah akhlak, tampaknya, makin lama makin terdesak.

BAB III

KESIMPULAN

Dari seluruh rangkaian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

  1. Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang lama. Ruang lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua aktifitas manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Dalam garis besarnya, akhlak dibagi atas akhlak terhadap Allah atau Khalik (pencipta), dan akhlak terhadap makhluk.
  2. Etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Adapun apabila moral dan etika diperbandingkan, moral lebih bersifat praktis, sedang etika bersifat teoritis. Moral bersifat lokal, etika bersifat umum.
  3. Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya, dan standar nilainya (cakupan waktu dan tempat).

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 1975. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.

Anwar, Rosihan. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.

http://culturepai.blogspot.com/

http://ibnuummi.blogspot.com/

Mustafa. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Tidak ada komentar: